Indahnya Pahala
Menahan Marah..
"Siapa yang menahan marah, padahal ia
dapat memuaskan pelampiasannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan
memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari
sekehendaknya."
(HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)
Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang
berbeza-beza. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan
perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja
ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan
(keimananan) seseorang.
Pada dasarnya, tabiat manusia itu: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih
dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya waktu
berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan
menyusup masuk ke lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf,
tenang,dan lapang dada.
Adakalanya, kita merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita.
Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesedaran. Kita
merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan
dengan cara menumpahkan darah.
Na'udzubillah...
Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi saw. Dengan maksud
ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, "Aku
berbuat baik padamu." Badwi itu berkata, "Pemberianmu tidak
bagus." Para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuninya dengan
kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Kemudian, Nabi saw. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa Barang
tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, "Aku
berbuat baik padamu?" Badwi itu berkata, "Ya, semoga Allah membalas
kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat."
Keesokan harinya, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat, "kalau
pada waktu Badwi itu berkata kasar, kemudian engkau tidak bersabar lalu
membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik,
maka ia selamat." Beberapa hari setelah itu, si Badwi diperintah untuk
melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan
jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.
Rasulullah saw memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Dia tidak
panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karakternya.
Kalau pun waktu itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan
kezhaliman. Namun, Rasulullah saw. tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar
menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan Lemah lembut. Pada waktu
itulah, beliau saw. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada
lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, waktu itu, ibarat
sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk asap lembu dari nyamuk. Adakalanya,
Rasulullah saw. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan.
Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi melainkan karena kehormatan
agama Allah.
Rasulullah saw. bersabda, "Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa),dan
memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam)." (HR.Bukhari)
Sabdanya pula, "Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk,
kata-katanya keji dan kotor." (HR. Turmudzi)
Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya, dan mampu menahan diri
ketika mendapat ejekan, maka orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan
kebaikan dan kebajikan bagi dirinya dan masyarakatnya.Seorang Hakim yang tidak
mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan,
seorang pemimpin yang pemarah, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi
rakyatnya. kerana ia akan senantiasa menimbulkan permusuhan di masyarakatnya.
Begitu juga pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak
akan mampu melayarkan bahtera hidupnya. Kerana, masing-masing tidak mampu
memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.
Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka,
tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesedarannya dan
kemurahan hatinya. Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu
masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja,
sekalipun telah menjadi haknya.Orang yang demikian, akan mampu menguasai
dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak
patut. Wajib baginya,melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari
penyakit-penyakit hati.Seperti, ujub dan takabur, riya, sum'ah, dusta, pengadu
domba dan lain sebagainya. Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan
kepada Allah, demi meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah swt.
Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah saw. bersabda, "Apakah tiada lebih
baik saya Beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan
gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?" Para sahabat menjawab,
"Baik, ya Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Berlapang
dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf
kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang
tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada
orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau."
(HR. Thabrani)
Sabdanya pula, "Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu,
naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya.
Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu
baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak
mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat
(artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak,
maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk)."
(HR. Abu Dawud)
Jika Ada Salah Dan Silap.. Sila Lah Tegur.. Dan Maafkan Kami Jika Ada Salah Dan
Silap.. Kepada Yang Nak Share.. Nak Tag.. Silakan.. Tak Perlu Minta Izin.. Kami
Benarkan.. Moga Ia Membawa Manfaat Kepada Yang Membacanya..
Wallahu a’lam...